Kapal Tua

“Kapal Tua”

Namaku, luky. Usiaku hampir menginjak 23 tahun. Aku selalu merasa orang yang paling pintar ditempatku berkumpul. Tidak sia-sia aku membaca banyak buku, buku apapun selalu aku lahab habis, hampir setiap satu minggu sekali aku membeli sebuah buku.

Walaupun motivasiku membaca agar tidak kalah dalam berdebat, sejak kecil aku selalu kalah dalam berdebat.

Kurasa yang mampu menyamai kemampuanku hanyalah zara, kami dulu pernah satu kelompok, bahkan kami selalu berlomba-lomba saat membeli buku, kami juga selalu berdiskusi berdua untuk mengasah kemampuan kami.

Bisa dikatakan jika di rangkingkan, tingkat kepintaran kami mengenai agama, wawasan kebangsaan, maka aku menduduki peringkat pertama dan zara di nomor tiga.

Ditempatku berkumpul ada lagi seseorang yang selalu meras dia yang paling pintar dan sesalu benar. Ia disebut sebagai sang ahli dikarenakan dia ingin selalu benar dan satu lagi adalah nami dia pengikut setianya sang ahli. Dmnapun sang ahli berada pasti nami selalu berada di sampingnya.

Pintar saja tidak cukup untuk berada ditempatku berkumpul, hal lain nya harus cerdik seperti dongeng sikancil, kancil merupakan hewan yang cerdik karena bisa mempermainkan buaya yang bodoh. Agar tetap bertahan di tempatku berkumpul pintar saja tidak jadi jaminan untuk bertahan, namum juga harus cerdik seperti sang kancil.

Ditempatku berkumpul sering terjadi sebuah perdebatan bahkan sampai jotok-jotokan hehhe, bahkan ditempatku melahirkan berbagai ahli. Ada ahli agama, ahli tafsir, ahli strategi, bahkan sampai ke ahli surga.

Prinsipnya nya di tempatku berkumpul tersebut, jika sudah menyakini sesuatu, orang-orang akan mati-matian mempertahankan keyakinannya. Maka berdasarkan keyakinan tersebut ada dua tipe orang ditempatku berkumpul ini dan mereka dibagi menjadi dua kelompok. Kelompok pro dan kelompok konta. Bila ketuanya bertemu maka bisa dipastikan perdebatan berjam-jam akan berlangsung seru bahkan samapi hujat-hujatan.

Sebenar nya kedua kelompok tersebut sudah lama adanya, dari generasi ke generasi kelompok tersebut tidak pernah untuk bersatu, mereka selalu mementingkan kepentingan mereka masing-masing, mereka saling menyalahkan, bahkan pada moment-moment tertentu mereka mati-matian untuk untuk mencapainya. Adu strategi, adu kepentiran, adu kecerdikan bahkan sampai perkelahianpun takterhindarkan.

Namun, inilah sebuah realita yang terjadi entah sampai kapan hal tersebut akan berakhir, inilah sebuah kehidupan kompleks yang telah di mainkan oleh sang dalang yang mengatur sekenarionya.

Mungkin cukup dulu cerita tentang tempatku ini hanyalah sedikit pengantar, sampai berjumpa lagi denganku luky si orang paling pintar.

Komentar

Postingan Populer